Sabtu, 09 Januari 2016

NYERI

  • Memahami reaksi peradangan dan prostaglandin
  • ketika seseorang mengalami infeksi atau inflamasi/peradangan, tubuh akan memberikan reaksi protektif antara lain menggerakkak sel darah putih, meminimalkan pendarahan dan mencegah dampak negatif daripeningkatan asam lambung. Reaksi protektif itu diawali oleh asam arakidonat. Selanjutnya , asam arakidonat akan merangsang pengeluaran prostaglandin melalui bantuan enzim siklooksigenase (cox). Ada dua tipe COX yaitu COX-1 dan COX-2. COX-1 terdapat pada lambung, ginjal, usus dan trombosit, sedangkan COX-2 pada makrofag (sel darah putih).Prostaglandin yang terbentuk melalui COX-1 disebut prostaglandin protektif , sedangkandari COX-2 disebut prostaglandin inflamasi.
  • Prostaglandin dari COX-1 pada lambung, misalnya akan mencegah kerusakan dari aam lambung yang biasanya meningkat ketika infeksi atau inflamasi. Selain itu, trombosit akan bergerak ke daerah radang untuk mencegah terjadinya pendarahan.
  • Sebaliknya, prostaglandin dari COX-2 akan mengaktivasi sel darah putih. sel darah putih akan mengekresikan zat radang yang mengakibatkan reaksi nyeri, panas dan kemerahan pada lokasi infeksi atau demam pada tubuh. reaksi inilah yang sering membuat tubuh pasien tidak nyaman dan membutuhkan obat untuk mengutranginya.
  • NOSISEPTOR (RESEPTOR NYERI)
  • Nosiseptor adalah reseptor ujung saraf bebas yang ada di kulit, otot, persendian, viseral dan vaskular. Nosiseptor-nosiseptor ini bertanggung jawab terhadap kehadiran stimulus noksius yang berasal dari kimia, suhu (panas, dingin), atau perubahan mekanikal. Pada jaringan normal, nosiseptor tidak aktif sampai adanya stimulus yang memiliki energi yang cukup untuk melampaui ambang batas stimulus (resting). Nosiseptor mencegah perambatan sinyal acak (skrining fungsi) ke SSP untuk interpretasi nyeri. 
  • Secara singkat mekanisme nyeri di mulai dari stimulasi nociceptor oleh stimulus noxiuos pada jaringan, yang kemudian akan mengakibatkan stimulasi nociceptor dimana disini stimulus noxiuos tersebut akan dirubah menjadi potensial aksi. Yang dimana terdiri dari proses tranduksi, transmisi , stimulasi dan presepsi
  1.  Proses Transduksi
    Proses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal pada ujung
    saraf. Suatu stimuli kuat (noxion stimuli) seperti tekanan fisik kimia, suhu dirubah
    menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf perifer (nerve
    ending) atau organ-organ tubuh (reseptor meisneri, merkel, corpusculum paccini,
    golgi mazoni). Kerusakan jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau
    trauma lainnya menyebabkan sintesa prostaglandin, dimana prostaglandin inilah
    yang akan menyebabkan sensitisasi dari reseptor-reseptor nosiseptif dan
    dikeluarkannya zat-zat mediator nyeri seperti histamin, serotonin yang akan
    menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan ini dikenal sebagai sensitisasi
    perifer
  2. Proses Transmisi
    Proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan proses
    transduksi melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalis,
    dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh
    tractus spinothalamicus dan sebagian ke traktus spinoretikularis. Traktus
    spinoretikularis terutama membawa rangsangan dari organ-organ yang lebih
    dalam dan viseral serta berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan
    melibatkan emosi. Selain itu juga serabut-serabut saraf disini mempunyai sinaps
    interneuron dengan saraf-saraf berdiameter besar dan bermielin. Selanjutnya impuls disalurkan ke thalamus dan somatosensoris di cortex cerebri dan dirasakan
    sebagai persepsi nyeri
  3. Proses Modulasi
    Proses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusunan saraf pusat
    (medulla spinalis dan otak). Proses terjadinya interaksi antara sistem analgesik
    endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu
    posterior medulla spinalis merupakan proses ascenden yang dikontrol oleh otak.
    Analgesik endogen (enkefalin, endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan
    impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. Dimana kornu posterior
    sebagai pintu dapat terbuka dan tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk
    analgesik endogen tersebut. Inilah yang menyebabkan persepsi nyeri sangat
    subjektif pada setiap orang
  4. Persepsi
    Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi,
    transmisi dan modulasi yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu proses
    subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri, yang diperkirakan terjadi pada
    thalamus dengan korteks sebagai diskriminasi dari sensorik
MEKANISME KERJA OBAT ANALGETIK
Obat analgetik bekerja di dua tempat utama, yaitu di perifer dan sentral. Golongan obat AINS bekerja diperifer dengan cara menghambat pelepasan mediator sehingga aktifitas enzim siklooksigenase terhambat dan sintesa prostaglandin tidak terjadi. Sedangkan analgetik opioid bekerja di sentral dengan cara menempati reseptor di kornu dorsalis medulla spinalis sehingga terjadi penghambatan pelepasan transmitter dan perangsangan ke saraf spinal tidak terjadi1,3
Prostaglandin merupakan hasil bentukan dari asam arakhidonat yang mengalami metabolisme melalui siklooksigenase. Prostaglandin yang lepas ini akan menimbulkan gangguan dan berperan dalam proses inflamasi, edema, rasa nyeri lokal dan kemerahan (eritema lokal). Selain itu juga prostaglandin
meningkatkan kepekaan ujung-ujung saraf terhadap suatu rangsangan nyeri
(nosiseptif) 1,3
Enzim siklooksigenase (COX) adalah suatu enzim yang mengkatalisis
sintesis prostaglandin dari asam arakhidonat. Obat AINS memblok aksi dari
enzim COX yang menurunkan produksi mediator prostaglandin, dimana hal ini
menghasilkan kedua efek yakni baik yang positif (analgesia, antiinflamasi)
maupun yang negatif (ulkus lambung, penurunan perfusi renal dan perdarahan).
Aktifitas COX dihubungkan dengan dua isoenzim, yaitu ubiquitously dan
constitutive yang diekspresikan sebagai COX-1 dan yang diinduksikan inflamasi
COX-2. COX-1 terutama terdapat pada mukosa lambung, parenkim ginjal dan
platelet. Enzim ini penting dalam proses homeostatik seperti agregasi platelet,
keutuhan mukosa gastrointestinal dan fungsi ginjal. Sebaliknya, COX-2 bersifat
inducible dan diekspresikan terutama pada tempat trauma (otak dan ginjal) dan
menimbulkan inflamasi, demam, nyeri dan kardiogenesis. Regulasi COX-2 yang
transien di medulla spinalis dalam merespon inflamasi pembedahan mungkin
penting dalam sensitisasi sentral
 

MEKANISME NYERI Template by Ipietoon Cute Blog Design